Hong Kong (RiauNews.com) — Puluhan warga menjadi korban akibat terjangan Topan Wipha yang melanda Hong Kong sejak akhir pekan lalu. Badai tropis ini memicu sinyal peringatan tertinggi No. 10 selama tujuh jam dan menyebabkan kerusakan meluas serta gangguan parah pada aktivitas kota.
Menurut data otoritas setempat, sebanyak 33 orang mengalami luka-luka akibat topan, terdiri dari 18 pria dan 15 wanita. Seluruh korban telah mendapatkan perawatan di unit gawat darurat rumah sakit. Selain itu, lebih dari 270 orang terpaksa mengungsi ke tempat penampungan sementara yang disediakan pemerintah, menyusul ancaman badai dan kerusakan lingkungan di sejumlah kawasan.
Warga juga menghadapi dampak lanjutan dari gangguan transportasi. Sekitar 500 penerbangan dibatalkan, membuat ribuan penumpang terjebak di Bandara Internasional Hong Kong. Salah satu penumpang, wisatawan asal Indonesia bernama Amy, mengaku terpaksa bermalam dua malam di bandara setelah penerbangannya ke Bali dibatalkan. “Saya kelelahan dan bingung. Sudah lebih dari 30 jam saya berada di sini tanpa kepastian,” ujarnya.
Selain menimbulkan korban luka dan penumpang terlantar, Topan Wipha juga menyebabkan kerusakan lingkungan cukup parah. Hingga Minggu malam pukul 20.00, tercatat lebih dari 700 laporan pohon tumbang. Beberapa di antaranya mengakibatkan penutupan jalan serta kerusakan pada kendaraan yang tengah diparkir.
Topan Wipha memicu sinyal No. 8 atau lebih tinggi selama total 19 jam sebelum diturunkan ke No. 3 pada Minggu malam, 20 Juli 2025. Seluruh peringatan resmi kemudian dicabut pada Senin pagi pukul 05.10 waktu setempat. Kendati demikian, Observatorium Hong Kong memperkirakan sinyal peringatan No. 3 masih akan berlaku sementara waktu hingga kondisi benar-benar aman.







Komentar