Potret keceriaan desa dalam bingkai digital bersama Firman Ariyansyah

Utama778 Dilihat
Firman bersama temannya memamerkan Toman, ikan hasil tangkapan mereka di Sungai Mentaya, Kalimantan Tengah (Dok. Pribadi)

 

Mulai dari konten dewasa, podcast, berita viral, sensasi instan, bahkan hoaks ala AI,  terus memadati ruang maya tanpa dapat dibendung, hingga satu kanal YouTube dengan nama “Bocah Picicilan TT” turut memberikan warna baru yang dibungkus kepolosan anak desa bernuansa petualangan di Rimba Kalimantan.

Pekanbaru (RiauNewsws.com) – Adalah Firman Ariyansyah, warga Transmigrasi Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sukses membangun kanal YouTube Bocah Pecicilan TT,  menginspirasi banyak orang tentang kesederhanaan dan bagaiamana cara menghargai alam sebagai anugerah Ilahi.

Alumni Program Studi Agroteknologi, Universitas Jenderal Soedirman yang berasal dari Banjarnegara, Jawa Timur itu, tanpa disadari seluruh konten yang ia buat secara tidak langsung telah menyuguhkan edukasi alam.

Firman tengah mengolah umbut Bakung sebagai bahan sayur dalam salah satu petualangannya (Dok. Pribadi)

 

Dibalut dengan konteks petualang alam bebas, Firman yang dikenal dengan pameo “Uwahhh”, telah memiliki 1,61 juta lebih subscriber dan diyakini sudah menikmati hasil adsense dari YouTube.

Nama Bocah Pecicilan TT  sendiri menggambarkan karakter utama dalam kanal ini, yaitu seorang anak laki-laki hiperaktif, penuh rasa ingin tahu, kocak, dan sangat ekspresif. Firman tidak tampil sebagai tokoh buatan, melainkan sebagai dirinya sendiri, apa adanya.

Kanal ini mengusung tema kehidupan anak desa secara alami. Kontennya berkisar tentang bermain di sawah, sungai, atau hutan kecil. Ada kalanya menangkap belalang, ikan, atau membuat jebakan dari bambu, dibarengi narasi dengan gaya khas anak kampung yang lincah dan menggelitik

Kekuatan utama kanal ini bukan pada cerita kompleks atau sinematografi tinggi, tetapi pada ketulusan dan spontanitas. Firman dan kawan-kawan bukan aktor, mereka adalah anak-anak yang bersenang-senang di lingkungan tempat mereka tumbuh. Itulah yang menjadikan kontennya autentik dan menyentuh hati.

Salah satu video unggahan, menampilkan dirinya yang sedangn membangun rumah mungil di tengah hutan dengan waktu 14 hari. Bangunan mini itu ia sebut hotel pribadi dengan satu ruangan cukup hanya untuk dirinya sendiri, layaknya tenda camping.

Firman Ariyansyah bersama kedua orang tua tengah menikmati kambing guling di “hotel pribadi” (Dok. Pribadi)

 

Atas dedikasinya dalam memajukan potensi lokal dan menghadirkan wajah positif dari wilayah transmigrasi, Firman Ariyansyah meraih penghargaan sebagai salah satu Putra Transmigrasi Teladan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Ini membuktikan bahwa kanal Bocah Pecicilan TT bukan hanya sukses secara komersial, tetapi juga diakui sebagai media penggerak nilai sosial dan budaya lokal.

Friman Ariyansyah (kedua dari kiri) foto bersama Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Taufik Madjid, saat menerima beasiswa teladan, Jakarta, Kamis (15/8/24) – Foto: Kemendes PDTT

 

Bocah Pecicilan TT bukan sekadar kanal YouTube, tapi cermin masa kecil Indonesia yang hangat dan alami. Di tangan Firman Ariyansyah, kamera bukan hanya alat merekam, tetapi jembatan antara kampung dan dunia. Dalam dunia digital yang serba cepat dan artifisial, kanal ini mengingatkan kita bahwa tawa seorang anak, cipratan lumpur, dan cerita polos dari desa bisa jadi hiburan paling murni dan paling dibutuhkan.

Bagi yang penasaran seperti apa petualangan ala Firman Ariyansyah, langsung saja kunjungi kanal YouTube Bocah Pecicilan TT di https://www.youtube.com/@bocahpecicilan

 

Komentar