Pekanbaru (RiauNews.com) – Jumlah titik panas (hotspot) di Provinsi Riau mengalami lonjakan signifikan dalam 24 jam terakhir. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga Sabtu malam pukul 23.00 WIB, tercatat sebanyak 586 titik panas tersebar di berbagai kabupaten dan kota.
Kabupaten Rokan Hilir menjadi wilayah dengan jumlah hotspot terbanyak, yakni 354 titik, disusul Rokan Hulu dengan 142 titik. Sementara itu, wilayah lain seperti Pelalawan (20), Kampar (16), Siak (17), Bengkalis (15), Dumai (15), Kuantan Singingi (4), Kepulauan Meranti (2), dan Indragiri Hulu (Inhu) (1) juga turut mencatatkan kemunculan titik panas.
Secara regional, Pulau Sumatera mencatat total 1.208 hotspot, menjadikan Riau sebagai kontributor terbesar dalam peningkatan angka ini.
Cuaca di Riau pada hari yang sama menunjukkan kondisi cerah berawan disertai kabut, yang memperkuat potensi penyebaran asap akibat kebakaran lahan. BMKG memperkirakan hanya akan terjadi hujan lokal dan ringan di sebagian kecil wilayah seperti Indragiri Hilir (Inhil), Pelalawan, dan Inhu, terutama pada malam hingga dini hari.
Forecaster on Duty BMKG Pekanbaru, Anggun R, mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran terbuka, mengingat kondisi cuaca yang kering dan meluasnya titik panas.
“Kami mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan pembakaran lahan karena kondisi cuaca yang kering dan tingginya sebaran titik panas berpotensi memicu karhutla,” tegas Anggun.
Selain itu, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang, terutama di wilayah Inhil dan Inhu pada pagi dan dini hari.
Suhu udara di wilayah Riau diperkirakan berada di kisaran 23–35 derajat Celsius, dengan kelembapan antara 45–97 persen, dan kecepatan angin 10–30 km/jam dari arah Tenggara hingga Barat, yang memperbesar kemungkinan asap terbawa angin ke wilayah lain.
Sementara itu, kondisi gelombang laut di perairan Riau relatif tenang, berkisar antara 0,5 hingga 1,25 meter.
BMKG menyatakan akan terus melakukan pemantauan intensif terhadap perkembangan cuaca, arah angin, serta penyebaran titik panas dan asap. Pembaruan informasi akan disampaikan secara berkala, khususnya jika terjadi perubahan cuaca signifikan yang dapat berdampak pada peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla).







Komentar